PerbedaanKurikulum Prototype dengan Kurikulum 2013 untuk Sekolah Dasar. Diposkan oleh Admin Minggu, Januari 16, 2022. Salah satu kurikulum yang akan diterapkan untuk pembelajaran mulai tahun 2022 sampai 2024 pada jenjang SD (sekolah dasar) dan sederajat yaitu Kurikulum Prototype. Kurikulum baru ini mempunyai sedikit perbedaan karakteristik
DiSekolah SMP perbedaan mencolok antara kurikulum 2013 dan kurikulum prototipe di jenjang ini, adalah pada mata pelajaran informatika, jika sebelumnya lebih bersifat pilihan, maka pada kurikulum prototipe mata pelajaran ini dianggap wajib. 3. Sekolah Menengah Atas (SMA)
PerbedaanKurikulum Merdeka dengan Kurikulum 2013. Sebagaimana yang sudah diketahui, bahwa Kurikulum Merdeka adalah kurikulum yang disederhanakan dari kurikulum di tahun sebelumnya. Adapun perbedaan Kurikulum Merdeka dengan kurikulum sebelumnya, yang paling mencolok akan dipaparkan berikut ini: Halaman Selanjutnya. Pertama, kerangka kurikulum.
Vay Tiį»n Nhanh. A curiculum as a teaching program of one of the instutions may have changed in accodance with the need of the society. In Indonesia, the government under the administration of the Ministry of National Education has made the changes of curriculum for several times, such as, KTSP 2006 unit lesson-based curriculum and Kurikulum berbasis karakter2013 character-based curriculum.These changes are aimed at developing the quality of education in this country. This writing discusses the differences between KTSP 2006 and Kurikulum berbasis karakter 2013. Through the discussion, it is found that there are some differences between both of these curriculum in many aspects in lessons focused, methods applied, studentsā achievement scale, and teaching learning goals. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA Februari 2017 VOL. 17, NO. 2, 280-292 ANALISIS PERBEDAAN ANTARA KURIKULUM KTSP DAN KURIKULUM 2013 Lukmanul Hakim Universi t as I sla m Negeri Ar-Raniry Banda Aceh hakimlukmanul336 Abstact A curiculum as a teaching program of one of the instutions may have cha nged in accodance with the need of the society. In Indonesia, the government under the administration of the Ministry of National Education has made the changes of curriculum for several times, such as, K TS P 2006 unit lesson-based curriculum and Kurikulum berbasis karakter2013 character-based curriculum.These changes are aimed at developing the quality of education in this country. This writing discusses the differences between KTSP 2006 and Kurikulum berbasis karakter 2013. Through the discussion, it is found that there are some differences between both of these curriculum in many aspects in lessons focused, methods applied, studentsā achievement scale, and teaching learning goals. Keywords Curriculum 2006; Education; Curriculum 2013Abstrak Kurikulum sebagai seperangkat program pengajaran sebuah instusi pendidikan dimungkinkan untuk dilakukan perubahan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Terkait dengan hal ini, dalam konteks Indonesia, Kementerian Pendidikan Nasional telah membuat perubahan kurikulum beberapa kali, seperti, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 kurikulum berbasis kelompok pelajaran dan Kurikulum 2013 kurikulum berbasis karakter. Perubahan ini adalah bertujuan untuk mengembangkan kualitas pendidikan di negeri ini. Tulisan ini membahas perbedaan antara KTSP 2006 dan Kurikulum Berbasis karakter 2013. Melalui diskusi tersebut, ditemukan bahwa ada beberapa perbedaan antara kedua kurikulum ini dalam banyak aspek dalam pelajaran yang dipetik, metode yang diterapkan, skala prestasi siswa, dan tujuan belajar mengajar. Kata Kunci Kurikulum 2006; Pendidikan; Kurikulum 201PENDAHULUAN Pembukaan UUD 1945 mengamanatkan bahwa pembentukan Pemerintah Negara Indonesia yaitu antara lain untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk Lukmanul HakimJurnal Ilmiah Didaktika Vol. 17, No. 2, Februari 2017 281 mewujudkan hal tersebut UUD 1945, pasal 31, ayat 3 memerintahkan agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan Nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan Bangsa, yang diatur dengan Sesuai dengan amanat UUD 1945, maka diberlakukanlah Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional, yang menjadi dasar Hukum untuk membangun pendidikan dengan menerapkan prinsip demokrasi, desentralisasi, dan otonomi pendidikan yang menjunjung tinggi hak asasi Sejalan dengan hal tersebut di atas, salah satu unsur dalam sumber daya pendidikan, perlu adanya kurikulum yang berbasis pada kompetensi sebagai suatu instrumen mengarahkan peserta didik menjadi 1 manusia yang berkualitas yang mampu proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; 2 manusia yang terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan 3 warga negara yang demokratis dan Berdasarkan kenyataan di atas, maka pengembangan kurikulum haruslah mengikuti perkembangan dan perubahan Ini terbukti bahwa di banyak hal prestasi peserta didik di dalam akademik dan intelektualitas sangat menggembirakan dengan adanya pengembangan kurikulum sesuai dengan perubahan zaman tersebut. Sebagai contoh, Ali Mudofir menyatakan bahwa banyak sekolah mengumumkan kelulusan 100 % terpampang di dinding-dinding dan halaman Namun di balik keberhasilan itu semua, wajah buram telah tampak pada karakter siswa. Banyak kasus yang tidak menyenangkan dan kriminalitas, seperti miras, penodongan, pergaulan bebas dll. melibatkan pelajar-pelajar sekolah. 1 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dokumen Kurikulum 20132 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dokumen Kurikulum2013. 3 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dokumen Kurikulum 2013. 4 Syamsul Bahri, āPengembangan Kurikulum Dasar Dan Tujuannya,ā Jurnal Ilmiah Islam Futura9, no. 1 2011; Sri Suyanta et al., āMembangun Pendidikan Karakter Dalam Masyarakat,ā Jurnal Ilmiah ISLAM FUTURA13, no. 1 2013 1ā11; Eka Agusniar, āKEMAMPUAN PROFESIONAL GURU BIDANG STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA SDN 1 SIMPANG PEUT NAGAN RAYA,ā Jurnal Ilmiah Didaktika 16, no. 1 August 1, 2015 129, doi 5 Ali Mudofir, āPendidikan Karakter Bangsa, Peluang dan Tantangan bagi Pendidikan Islam dalam Implementasi Kurikulum 2013ā, Makalah, disampaikan dalam Seminar Nasional di Fakultas Tarbiyah UIN Ar-Raniry, 2013, hal. 2 ANALISIS PERBEDAAN ANTARA KURIKULUM KTSP DAN KURIKULUM 2013 282 Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. 17, No. 2, Februari 2017 Banyak kasus perkelahian massal terjadi antar pelajar. Banyaknya coret-coret baju seragam sekolah dilakukan oleh pelajar-pelajar setelah pengumuman kelulusan UAN. Banyak pelajar mudah stres dan cengeng dalam menghadapi problem pribadi dan masa depan Sehubungan dengan kenyataan di atas, mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono telah mencanangkan Pelaksanaan Karakter Bangsa pada Puncak Peringatan Hardiknas tahun 2010, dan pada saat itu telah mendapat dukungan tidak hanya dari Kementerian Pendidikan Nasional saja, tetapi juga lintas kementerian yang meliputi Kementerian Kordinator Kesejahteraan rakyat, Kementerian Politik Hukum dan Keamanaan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Agama, Kementerian Keuangan, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Perhubungan dan Pariwisata, Kementerian Pemuda dan Olahraga, Kementerian Peranan Wanita, dan kementerian terkait PEMBAHASAN Hal inilah yang melatarbelakangi lahirnya kurikulum berbasis karakter 2013. Ini bermula dengan serasehan yang diadakan oleh mantan kementerian Pendidikan Nasional pada tanggal 14 Januari 2010 dengan tema āSerasehan Nasional Pengembangan Pendidikan Budaya Bangsaā di Hotel Budikara Jakarta. Peserta serasehan ini adalah para pakar pendidikan, tokoh masyarakat, budayawan, rohaniawan, akademisi, birokrat, praktisi, pengelola pendidikan, dan pihak-pihak lain hadir dalam acara tersebut. Pada akhir serasehan disepakati komitmen pendidikan budaya dan karakter bangsa harus dikembangkan secara komprehensif sebagai proses pembudayaan. 8 Sejalan dengan hal tersebut di atas, maka disusunlah kurikulum 2013 yang merupakan penyempurnaan kurikulum sebelumnya. Kurikulum 2013 ini dirancang berdasarkan landasan yuridis, landasan filosofis, landasan teoretis, dan landasan empiris. 1. Landasan Yuridis Landasan Yuridis Kurikulum adalah Pancasila dan UUD 1945, UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 19 6 Ali Mudofir, 2013. 7 Ali Mudofir, 2013. 8 Ali Modofir, 2013. Lukmanul HakimJurnal Ilmiah Didaktika Vol. 17, No. 2, Februari 2017 283 tahun 2005, dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi lulusan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang isi. 2. Landasan filosofis Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 3. Landasan Teoritis Kurikulum dikembangkan atas dasar teori pendidikan berdasarkan standar dan teori pendidikan berbasis kompetensi. 4. Landasan empiris Kurikulum merupakan proses totalitas pengalaman peserta didik di satu satuan jenjang pendidikan untuk menguasai konten pendidikan yang dirancang dalam Elemen Perubahan Kurikulum 2013 Pada kurikulum 2013, terdapat beberapa elemen perubahan, antara lain Elemen Perubahan Kompetensi kelulusan, elemen Perubahan pada Kedudukan mata pelajaran isi, Pendekatan isi, struktur Kurikulum Mata Pelajaran dan alokasi waktu isi, Proses pembelajaran, Penilaian hasil Belajar, dan Ekstra kurikuler. Elemen Perubahan a. Pada Kompetensi Lulusan Kompetensi lulusan terjadinya peningkatan dan keseimbangan soft ski lls danhard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan mulai dari SD,SMP, SMA, dan SMK. b. Pada Kedudukan Mata Pelajaran Isi Kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran berubah menjadi mata pelajaran yang dikembangkan melalui Kompetensi. c. Pendekatan Kompetensi dikembangkan melalui 1 Untuk SD dikembangkan melalui Tematik terpadu dalam semua mata pelajaran. 2 Untuk SMP dikembangkan melalui mata Pelajaran. 9 Kementerian Pendidikan dan Kebudayan, Dokumen Kurikulum 2013, hal. 10. ANALISIS PERBEDAAN ANTARA KURIKULUM KTSP DAN KURIKULUM 2013 284 Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. 17, No. 2, Februari 2017 3 Untuk SMA dikembangkan melalui mata pelajaran. 4 Untuk SMK ; dikembangkan melalui Vokasinal. d. Pada Struktur Kurikulum Mata Pelajaran dan Alokasi Waktu 1 Untuk SD Holistik berbasis Sains alam, sosial, dan budaya. Jumlah mata pelajaran dari 10 jam menjadi 6 jam. Jumlah Jam pelajaran berubah menjadi 4 jam/minggu akibat dari perubahan pendekatan pembelajaran. 2 Untuk SMP TIK menjadi Media semua mata pelajaran. Pengembangan diri terintegrasi pada setiap mata pelajaran dan ekstrakurikuler. Jumlah mata pelajaran berubah dari 12 menjadi 10. Jumlah jam bertambah 6 jam/minggu akibat dari perubahan pendekatan pembelajaran. 3 Untuk SMA Perubahan sistem ada mata pelajaran wajib dan ada mata pelajaran pilihan. Terjadi pengurangan mata pelajaran yang harus diikuti siswa. Jumlah jam bertambah 1 jam/minggu akibat dari perubahan pendekatan. 4 Untuk SMK Penambahan jenis keahlian berdasarkan spektrum kebutuhan 6 program keahlian, 40 bidang keahlian, dan 121 kompetesi keahlian. Pengurangan adaptif dan normatif, penambahan produktif. Produktif disesuaikan dengan perkembangan di Industri. e. Pada Proses Pembelajaran 1 Standar proses yang semula terfokus pada eksplorasi,elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanyakan, mengolah, menyajikan, menyimpulkan dan mencipta. 2 Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat. 3 Guru bukan satu-satunya sumber belajar,Sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan. 4 Proses Pembelajaran dilakukan melalui Untuk SD melaui Tematik Untuk SMP IPA dan IPS masing-masing diajarkan secara terpadu. Untuk SMA Adanya mata pelajaaran wajib dan pilihan sesuai dengan minat. Untuk SMK Kompetensi keterampilan sesuai dengan standar industri. Lukmanul HakimJurnal Ilmiah Didaktika Vol. 17, No. 2, Februari 2017 285 f. Pada Penilaian hasil belajar 1 Penilaian berbasis kompetensi. 2 Pergeseran penilaian melalui tes mengukur semua kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja, menuju penilaian otentik mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil. 3 Memperkuat PAP Penilaian Acuan Patokan yaitu penilaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal maksimal, 4 Penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga pada kompetensi Inti dan SKL. 5 Mendorong pemanfaatan fortofolio yang dibuat oleh siswa sebagai instrumen penilaian. g. Pada Ekstrakurikuler 1 Untuk SD Pramuka wajib, UKS, PMR, Bahasa Inggris 2 Untuk SMP Pramuka wajib, OSIS, UKS, PMR, dll. 3 Untuk SMA Pramuka wajib, OSIS, UKS, PMR, dll. 4 Untuk SMK Pramuka wajib, OSIS, UKS, PMR, Perubahan Implementasi untuk semua mata Pelajaran KTSP 2006 dan Kurikulum 2013 KTSP 2006 a. Materi disusun untuk memberi pengetahuan untuk siswa. b. Pendekatan pembelajaran adalah siswa diberitahu tentang materi yang harus yang harus dihafal siswa diberitahu. c. Penilaian pada pengetahuan melalui ulangan dan ujian. Kurikulum 2013 a. Materi disusun seimbang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. b. Pendekatan pembelajaran berdasarkan pengamatan, pertanyaan, hasilnya melalui pemanfaatan berbagai sumber belajar siswa mencari tahu. 10 Ali Mudofir, 2013, hal. 2 -3. ANALISIS PERBEDAAN ANTARA KURIKULUM KTSP DAN KURIKULUM 2013 286 Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. 17, No. 2, Februari 2017 c. Penilaiaian otentik pada aspek kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan berdasarkan fortofolio. Strategi Pembelajaran Menurut KTSP 2006 dan Kurikulum 2013 KTSP 2006 Pengetahuan Sosial disajikan 1. Materi Ilmu disajikan terpisah menjadi geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi. 2. Tidak ada platform, semua kajian berdiri sejajar. 3. Diajarkan oleh guru berbeda team tea ching dengan sertifikasi berdasarkan mata kajian. Bahasa Indonesia/Bahasa Inggris 1. Materi yang diajararkan ditekankan pada tata bahasa dan struktur bahasa. 2. Siswa tidak dibiasakan membaca dan memahami teks yang disajikan. 3. Siswa tidak dibiasakan menyusun teks, yang sistematis, logis dan efektif. 4. Siswa tidak dikenalkan tentang aturan-aturan teks yang sesuai dengan kebutuhan. 5. Kurang menekankan pada pentingnya ekspresi dan spontanitas dalam bahasa. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 1. Materi disajikan berdasarkan empat pilar dengan pembahasan yang terpisah-pisah. 2. Materi disajikan berdasarkan pasokan yang ada pada empat pilar kebangsaan. 3. Tidak pada penekanan pada tindakan nyata sebagai warga negara yang baik. 4. Pancasia dan kewarganegaraan disajikan sebagai pengetahuan yang harus dihafal. Matematika 1. Langsung masuk ke materi abstrak. 2. Banyak rumus yang harus dihafal untuk menyelesaikan permasalahan hanya bisa menggunakan. 3. Permasalahan matematika selalu diasosiasikan dengan direduksi menjadi angka. 4. Tidak membiasakan siswa untuk berfikir kritis hanya mekanistis. Lukmanul HakimJurnal Ilmiah Didaktika Vol. 17, No. 2, Februari 2017 287 5. Metode penyelesaian masalah tidak terstruktur. 6. Data dan statistik dikenalkan pada kelas IX saja. 7. Matematika adalah eksak. Kurikulum 2013. Pengetahuan Sosial 1. Materi disajikan terpadu, tidak dipisahkan dalam kelompok geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi. 2. Mengenalkan geografi sebagai platform kajian dengan pertimbangan semua kejadian dan kegiatan terikat dengan lokasi. Tujuannya adalah menekankan pentingnya konektivitas ruang dalam memperkokoh sejarah, sosiologi, budaya dan ekonomi disajikan untuk mendukung konektivitas yang lebih kokoh. 3. Diajarkan oleh satu orang guru yang memberikan wawasan terpadu antar mata kajian tersebut sebelum mendalaminya secara terpisah dan lebih mendalam pada jenjang selanjutnya. Bahasa Indonesia/Bahasa Inggris 1. Materi yang diajarkan ditekankan pada kompetensi berbahasa sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan dan pengetahuan. 2. Siswa dibiasakan membaca dan memahami makna teks serta meringkas dan menyajikan ulang dengan bahasa sendiri. 3. Siswa dibiasakan menyusun teks yang sesuai sehingga sistematis, logis, dan efektif melalui latihan-latihan penyusunan teks. 4. Siswa dikenalkan dengan aturan-aturan teks yang sesuai sehingga tidak rancu dalam proses penyusunan teks sesuai dengan situasi dan kondisi apa, siapa, dimana. 5. Siswa dibiasakan untuk dapat mengekspresikan dirinya dan pengetahuannya dengan bahasa yang menyakinkan secara spontan. Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan 1. Materi disajikan tidak berdasarkan pada pengelompokan menurut empat pilar kebangsaan tetapi berdasarkan keterpaduan empat pilar pembentukan karakter bangsa. 2. Materi disajikan berdasarkan kebutuhan untuk menjadi warga negara yang bertanggungjawab taat norma, asas, dan aturan. ANALISIS PERBEDAAN ANTARA KURIKULUM KTSP DAN KURIKULUM 2013 288 Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. 17, No. 2, Februari 2017 3. Adanya kompetensi yang dituntut dari siswa untuk melakukan tindakan nyata sebagai warga negara yang baik. 4. Pancasila dan kewarganegaraan bukan hanya pengetahuan, tetapi ditunjukkan melalui tindakan nyata dan sikap keseharian. Matematika 1. Mulai pengamatan permasalahan konkret, kemudian ke semi konkret, dan akhirnya abstraksi permasalahan. 2. Rumusan diturunkan oleh siswa dan permasalahan yang diajukan harus dapat dikerjakan siswa hanya dengan rumus-rumus dan pengertian dasar tidak hanya bisa menggunakan tetapi juga memahami asal usulnya. 3. Perimbangan antara matematika dengan angka dan tanpa angka gambar, grafik, pola, dsb. 4. Dirancang supaya siswa harus berfikir kritis untuk menyelesaikan permasalahan yang diajukan. 5. Membiasakan siswa berfikir algoritmis. 6. Memperluas materi mencakup peluang, pengolahan data, dan statistik sejak kelas VII serta materi lain sesuai dengan standar internasional. 7. Mengenalkan konsep pendekatan dan perkiraan. PERBEDAAN ANTARA KTSP 2006 DAN KURIKULUM 2013 KTSP 2006 1. Mata pelajaran tertentu mendukung kompetensi tertentu. Untuk semua jenjang. 2. Mata pelajaran dirancang berdiri sendiri dan memiliki kompetensi sendiri. Untuk semua jenjang. 3. Bahasa Indonesia sejajar dengan Mapel lain. Untuk jenjang SD. 4. .Tiap mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan yang berbeda. Untuk semua jenjang. 5. Tiap jenis konten pembelajaran diajarkan dengan terpisah sepa ra tedcurriculum .Untuk jenjang SD. 6. Tematik untuk kelas I-III belum integrated. Ini khusus untuk jenjang SD. 7. TIK adalah mata pelajaran tersendiri. Ini khusus untuk jenjang SMP. 8. Bahasa Indonesia sebagai pengetahuan. Untuk jenjang SMP/SMA/SMK. 9. Untuk SMA ada penjurusan sejak kelas XI. Untuk jenjang SMA. Lukmanul HakimJurnal Ilmiah Didaktika Vol. 17, No. 2, Februari 2017 289 10. SMA dan SMK tanpa kesamaan kompetensi. Untuk SMA dan SMK. 11. Penjurusan di SMK sangat detil sampai keahlian. Untuk SMK. Kurikulum 2013 1. Tiap mata pelajaran mendukung semua kompetensi. Untuk semua jenjang. 2. Mata pelajaran dirancang terkait satu dengan yang lain dan memiliki kompetensi yang diikat oleh kompetensi inti tiap kelas. Untuk semua jenjang. 3. Bahasa Indonesia sebagai penghela Mapel lain sikap keterampilan berbahasa.Untuk jenjang SD. 4. Semua mata pelajaran diajarkan terkait dan terpadu dengan pendekatan yang sama saintifik melalui mengamati, menanya, mencoba, dan menalar,...Untuk semua jenjang. 5. Bermacam jenis konten pembelajaran diajarkan terkait dan terpadu satu sama lain cross curriculumatau integrated curriculum. Untuk jenjang SD. 6. Konten ilmu pengetahuan diintegrasikan dan dijadikan konten penggerak mata pelajaran lainnya. Untuk jenjang SD. 7. Tematik untuk kelas I ā VI. Untuk jenjang SD. 8. TIK merupakan sarana pembelajaran. Untuk Jenjang SMP. 9. Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan carrier of knowledge. Untuk jenjang SMP/SMA/SMK. 10. Tidak ada penjurusan di SMA. Ada mata pelajaran wajib, peminatan, antar minat, dan pendalaman minat. Untuk SMA dan SMK. 11. SMA dan SMK memiliki mata pelajaran wajib yang sama terkait dasar-dasar pengetahuan, keterampilan dan SMA dan SMK. 12. Penjurusan di SMK tidak terlalu detil sampai bidang studi, di dalamnya terdapat pengelompokan pembelajaran dan pendalaman, Untuk jenjang SMA dan SMK. ANALISIS Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa kurikulum 2013 lebih menekankan pada integrated curriculum. Pendekatan ini mirip dengan Major approach to learning with a cognitive approachyang dikemukakan oleh Steppen N. Elliot. Dia menyatakan model pendekatan ini memiliki 3 ciri, antara lain Pertama, belajar haruslah mea ni ngf ulbermakna; Kedua, belajar haruslah discovery learning ANALISIS PERBEDAAN ANTARA KURIKULUM KTSP DAN KURIKULUM 2013 290 Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. 17, No. 2, Februari 2017 belajar mendapatkan penemuan, cari tahu; Ketiga, belajar haruslah const rut i vismbelajar secara konstruktif menurut teori const ructivism . 11Selain itu, pada banyak hal pendekatan implementasi pembelajaran pada Kurikulum 2013 senada dengan pendekatan Thinking Skillsand problem solving Keterampilan berfikir dan pemecahan masalah yang disebutkan Steppen N. Elliot, dimana menurutnya dalam pembelajaran dengan pendekatan tersebut DUPE MODEL dapat diterapkan. Model Dupe ini memiliki kriteria Pertama,Defining the na ture of the problemsMemberi batasan tentang hakekat masalah. Kedua,Understandi ng the na ture of the problemsmemahami hakikat masalah. Ketiga, Pla nning the solutionrencanakan pemecahan masalah. Keempat, Evaluating the solutionevaluasi pemecahan masalah.12 Ini berarti bahwa kurikulum 2013 menekankan konsep, teori, dan dimensi paedagogik modern dalam pembelajaran secara saintifik yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Menurut Ali Modofir, Kurikulum 2013 menggunakan konsep scientificilmiah dengan ciri-ciri sbb Pertama, materi pembelajaran berbasis pada fakta serta fenomena yang dapat dijelaskan secara logis atau penalaran tertentu; bukan terbatas pada kira-kira, khayalan, lagenda, atau dongeng semata. Kedua, penjelasan guru dan respon siswa dan interaktif guru terbebas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif atau penalaran menyimpang dari alur berfikir logis. Ketiga, mendorong dan menginspirasi siswa berfikir secara kritis, analitis dalam mengindentifikasikan, memahami, memecahkan masalah dan mengaplikasikan teori pembelajaran. Keempat, mendorong dan menginspirasi siswa mampu berfikir hipotetik dalam melihat perbedaan dan kesamaan serta tautan satu sama lain. Kelima, mendorong dan menginspirasikan siswa mampu memahami dan menerapkan serta mengembangkan pola berfikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran. Keenam, berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. Ketujuh, tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya. Kedelapan, proses pembelajaran menyatukan tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan kurikulum 2013 menekankan pada 11 Steppen N. Elliot, et al, Educa tional psychology Effective tea ching, effective lea rni ng, New York Times Offset, 2000, hal. 253. 12 Steppen N. Elliot, et al, Educa tional Psychology Effective tea ching, Effect ive lea rning, New York Time offset, 2000 , hal. 311. Lukmanul HakimJurnal Ilmiah Didaktika Vol. 17, No. 2, Februari 2017 291 dimensi paedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan Lebih jauh lagi Ali Mudiofir menyebutkan bahwa ada beberapa persamaan antara konsep akhlak dan karakter yang merupakan ciri khas dari kurikulum 2013 yang bebasis karakter. Persamaannya adalah Pertama,sama-sama membicarakan baik dan buruk. Kedua, sama-sama menjadikan jiwa / nafs / suma perpaduan akal dan kalbu. Ketiga, sama-sama membuka hal tidak tampak bathiniah. Sedangkan perbedaan antara akhlak dan karakter adalah Pertama, akhlak merupakan kajian dari ilmu agama, sementara karakter menjadi kajian ilmu budaya. Kedua, Akhlak sumbernya wahyu, sementara karakter sumbernya akal/budaya masyarakat Dari uraian di atas maka terlihat bahwa Kurikulum 2013 pada dasarnya sangat aktual diterapkan dalam konteks Indonesia kontemporer. Hanya saja agar kurikulum ini bisa terlaksana dengan sukses, maka diperlukan penyiapan perangkat-perangkat yang diperlukan dengan sebaik-baiknya. PENUTUP Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami Banyak terdapat perbedaan antara KTSP 2006 dan Kurikulum 2013. Perbedaan tersebut meliputi satuan mata pelajaran, jam pelajaran implementasi pembelajaran, strategi pembelajaran dan proses penilaian standar kompentensi kelulusan,dsb. Kurikulum 2013 memiliki tujuan yang jelas dalam pembentukan karakter bangsa. DAFTAR PUSTAKA Agusniar, Eka. āKemampuan Profesional Guru Bidang Studi Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Sdn 1 Simpang Peut Nagan Raya.ā Jurna l Ilmiah Didaktika 16, no. 1 August 1, 2015 129. doi Bahri, Syamsul. āPengembangan Kurikulum Dasar Dan Tujuannya.ā Jurnal Ilmiah Islam Futura 9, no. 1 2011. Elliot, Steppen N., et al, Educa tional psychology Effective teaching, effective lea rning, New York Times Offset, 2000. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dokumen Kurikulum Ali Mudofir, āKonsep Pendekatan Scientificā, makalahdisampaikan pada Seminar Nasional yang diadakan oleh LPTK FTK UIN Ar-Raniry di Banda Aceh, 4 September 2013, hal. 1. 14Ali Mudofir, Pendidikan Karakter Bangsa PKB, Peluang dan Tantangan bagi Pendidikan da la m I mplement a si Kuri kulu m 2013, Banda Aceh IAIN Ar-Raniry 2013, ANALISIS PERBEDAAN ANTARA KURIKULUM KTSP DAN KURIKULUM 2013 292 Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. 17, No. 2, Februari 2017 Mudofir, Ali, āKonsep Pendekatan Scientificā, Makalahdisampaikan pada Seminar Nasional yang diadakan oleh LPTK FTK UIN Ar-Raniry di Banda Aceh, tanggal 4 September 2013. -, āPendidikan Karakter Bangsa, Peluang dan Tantangan Bagi Pendidikan Islam dalam implementasi Kurikulum 2013ā, Makalah, Seminar Nasional di Fakultas Tarbiyah UIN Ar-Raniry, 2013. Mulyasa, E, Kurikulum Tingkat Satuaun Pendidikan, Bandung Remaja, Rosdakarya, 2007. Muslich, Masnur, KTSP Pembela ja ra n B erbasis Kompetensi da n Kontekstua l, Jakarta Bumi Aksara, 2008. Suyanta, Sri, Kata Kunci, Pendidikan Karakter, and Nilai Religiusitas. āMembangun Pendidikan Karakter Dalam Masyarakat.ā Jurnal Ilmiah ISLAM FUTURA13, no. 1 2013 1ā11.. ... Salah satu bentuk pengembangan kurikulum yang dilakukan oleh pemerintah dari KTSP ialah Kurikulum 2013, dimana pengembangan kurikulum 2013 adalah untuk menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi Rosmani, 2017. Proses pembelajaran Kurikulum 2013 yaitu terfokus pada eksplorasi,elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanyakan, mengolah, menyajikan, menyimpulkan dan mencipta saat proses pembelajaran tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat Hakim L. , 2017. Proses belajar mengajar di Kurikulum 2013 tidak hanya mendengarkan penjelasan materi dari guru melainkan bisa mengamati dengan menggunkan media seperti vidio, alat peraga dan gambar. ...... Salah satunya contohnya dalam pengembangan kurikulum 2013 materi PPKn disajikan tidak berdasarkan pada pengelompokan menurut empat pilar kebangsaan tetapi berdasarkan keterpaduan empat pilar pembentukan karekter bangsa. Materi disajikan berdasarkan kebutuhan peserta didik agar menjadi warga negara yang bertanggungjawab taat norma, asas dan aturan Hakim L. , 2017. ...Bhakti Prima Findiga HermuttaqienHaula Ria Sata Ludovikus Bomans WaduPenelitian ini bertujuan untuk melihat perbandingan pembelajaran PPKn menggunakan KTSP dan Kurikulum 2013di SMP. Metode dalam penelitian ini yaitu deskriptif kuantitatif. Pemilihan sampel pada penelitian menggunakan teknik purposive nonprobabilty sampling. Frekuensi jawaban responden ketegori guru pada implementasi KTSP kategori pembukaan sebesar kategori inti sebesar kategori penutup sebesar sedangkan penilaian kurikulum 2013 frekuensi jawaban responden kategori pembukaan sebesar kategori inti sebesar kategori penutup sebesar Disimpulkan dari penelitian menunjukkan terdapat perbandingan pembelajaran PPKn dengan implementasi KTSP dan Kurikulum 2013 di SMP Se Kecamatan Turen. Hal ini dibuktikan dengan nilai thitung dan ttabel yang artinya nilai thitung lebih besar dari ttabel dengan nilai sig 2 tailled 0,008<0,05.... The intended training is designing learning materials and developing lesson plans that accommodate the local potential of the archipelago Alfiana. & Fathoni, 2022;Hakim, 2017. ...Kata KunciPendidikan KepulauanMarleny Leasa John Rafafy BatlolonaLearning science in the archipelago has challenges and obstacles even though there has been a change in curriculum. The problem in this study is how science is taught in the context of the KBK, KTSP and K-13 curricula. The aims of this research is to develop the curriculum from the KBK to the 2013 Curriculum in science learning. Qualitative research was carried out using case studies to check conditions through in-depth interviews with informants. The informants involved were teachers and principals at 17 elementary schools as well as the head of the local education office. Data collection was carried out through structured interviews with informants. The research instrument was an interview question sheet containing approximately 7 question items developed by the researcher based on the research objectives. Data analysis was carried out qualitatively through reduction, data display, and conclusion. The research findings show that 80% of informants prefer science learning to be managed separately from other lesson content. Although each curriculum has advantages and limitations. This is considered more effective in ensuring a broader and deeper understanding of the science concept. In addition, it was also revealed that the availability of facilities and teacher competence are factors that support the success of learning science in elementary schools. For future researchers, it is recommended that learning and curriculum be designed by showing partiality to subject matter and not combining one field of science with another.... Peran guru dalam kurikulum 2013 hanya sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, yang fungsinya mengarahkan siswa untuk mencapai target pembelajaran sesuai dengan yang ditetapkan Katuuk, 2014. Hasil akhir yang diharapkan dari model pembelajaran yang aktif, kreatif, dan gembira ini adalah para siswa terpacu untuk meningkatkan kemampuannya di bidang sains, matematika, dan membaca yang menjadi kelemahan siswa Hakim, 2017. Penerapan kurikulum 2013 menggunakan pendekatan ilmiah yang disebut dengan pendekatan saintifik Demonika et al., 2020. ...Sintayana MuhardiniYuni MariyatiMahsup MahsupBaiq Desi MilandariAbstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan produk berupa lembar kerja siswa kontekstual berbasis local wisdom dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa sekolah dasar. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian model pengembangan. Prosedur Pengembangan mengikuti model Borg & Gall yaitu 1 penelitian dan pengumpulan; 2 Perencanaan; 3 Pengembangan draf produk; 4 Validasi desain; 5 Merevisi hasil uji coba; 6 Uji coba lapangan; 7 Produk LKS. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini berupa angket validasi dan respon siswa. Data dianalisis melalui tingkat kevalidan dan kepraktisan LKS menggunakan rumus yang telah ditetapkan. Adapun hasil penelitian yaitu lembar kerja siswa kontekstual berbasis local wisdom yang dikembangkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa sekolah dasar dimana diperolehan skor respon siswa pada uji coba terbatas yaitu rata-rata skor sebesar % dengan kategori sangat valid dan respon siswa pada uji coba lapangan yaitu rata-rata skor sebesar 80% dengan kategori sangat baik. Saran dalam penelitian ini yaitu bagi siswa, diharapkan dapat mempersiapkan materi yang akan disampaikan, karena akan dapat membantu dan mempercepat siswa dalam mencapai kompetensi yang diharapkan. Abstract The purpose of this research is to produce products in the form of contextual student worksheets based on local wisdom in developing critical thinking skills of elementary school students. The type of research used is development model research. Development Procedure follows Borg &Gall model 1 research and collection; 2 Planning; 3 Product draft development; 4 Design validation; 5 Revise the results of the trial; 6 Field trials; 7 LKS Products. Data collection techniques in this study in the form of validation questionnaires and student responses. The data is analyzed through the validity and practicality of LKS using a predetermined formula. The results of the study are contextual student worksheets based on local wisdom that was developed to improve the critical thinking ability of elementary school students where the student response score obtained in the limited trial is an average score of with a very valid category and the response of students in the field trials is an average score of 80% with a very good category. The advice in this study is for students, it is expected to prepare the material to be delivered, because it will be able to help and accelerate students in achieving the expected competencies... Pembelajaran tematik juga terdapat pemisahan antar mata pelajaran namun tidak dijelaskan secara tertulis. Hakim, 2017. ...Dian Andesta BujuriNatasya AnandaAgra Dwi SaputraTutut HandayaniTeaching materials in thematic learning based on learning models are not yet available. This underlies researchers' development textbooks integrated into the Contextual Teaching and Learning CTL learning model. The material developed in the textbook is the theme of 3 sub-themes 1 class IV at MI Azizan Palembang. This type of research is the ADDIE model's research and development, which includes the stages of analysis, design, development, implementation, and evaluation. The research and development process that researchers carry out gets positive results. Developing thematic teaching materials based on the CTL learning model on theme 3 subtheme 1 grade 4 at MI Azizan Palembang is categorized as valid with the validation assessment of design experts 73%, linguists 75%, and very good categories on material experts 92%. The results of the responses of grade 4 students and teacher assessments in the use of teaching materials are categorized as very practical. In the group trial stage, the percentage of scores reached 93%, field trials obtained a percentage score of 90%, and teacher assessments obtained a percentage of 93%. This shows that thematic teaching materials based on the CTL learning model on theme 3 sub-theme 1 grade 4 at MI Azizan Palembang are suitable for use in the implementation of learning.... Perubahan kurikulum dari KTSP 2006 ke kurikulum 2013 diharapkan dapat merubah kualitas pembelajaran sesuai dengan perkembangan zaman. Selain itu, perubahan kurikulum ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu upaya agar memudahkan peserta didik untuk lebih memahami penerapan ilmu kimia dalam kehidupan nyata dengan melakukan eksperimen Hakim, 2017. Hal tersebut dikarenakan ilmu kimia merupakan ilmu abstrak yang dalam memahaminya membutuhkan daya imajinasi yang tinggi Saputra, 2021. ...Shofrina Surya Dewi Retno Aliyatul FikrohFuadatul MukoningahContextual learning is a learning concept to connect learning materials and their function in daily life. The obstacle in implement contextual learning is the concept of learning that involves potential local resources. Guava leaf is one of the local resources that has many benefits and also contains tannins, which have potential as an ingredient corrosion inhibitor base. This study aims to analyze core competence, basic competence, and competency indicator of corrosion material, the results of making guava leaf extract as inhibitor corrosion for contextual learning, and extract potential guava leaves as a natural corrosion inhibitor. This study employs descriptive qualitative research, the methods used include literature study, observation, experimentation, and interviews. The results of this study show that the relationship between corrosion materials and experiment is the identification of factors that can prevent corrosion, explanation of ideas to prevent corrosion, comparisons of the fast and slow corrosion process, and corrosion rate analysis. This experiment was carried out by modifying tools, materials, and methods of work. Maceration method using 70% ethanol as solvent. The results of the Corrosion rate showed that increasing the concentration of inhibitor then lowers the corrosion value obtained. In this study, the highest corrosion rate occurred on iron with a 0% inhibitor concentration is 0,00175 g/ while the lowest corrosion rate occurred on iron with 20% inhibitor concentration, is 0,00025 g/ Based on the analysis, natural inhibitors of extract Guava leaf can be used as a simple experiment alternative in school. Irfan RifaiOlifia RombotEducation in Indonesia is mandated by the Pancasila Indonesian State Philosophy and Ideology and its Constitution. Consequently, the government must provide basic education to every single Indonesian. The participation rate of students at the basic education level, as well as the number of schools and the teacher-student ratios, has shown positive trends. These trends, however, do not hide the fact that Indonesia still struggles with issues of access and equality in terms of infrastructure, teacher quality, Internet access, and accessibility and parity for disabled students and those of minority groups. Clear gaps in access to technology for schools in remote and rural areas and the inability to use technology by teachers, students, and parents surfaced when the COVID-19 pandemic emerged in 2020, compelling schools to shift their medium of instruction. This chapter reports the historical development of Indonesiaās basic education and highlights its recent improvements and educationIndonesiaCurriculumTrendsChallengesPramesti Windu AnugraheniThis research aims to determine student responses to the supplements based on a scientific approach to the atomic structure material. Type of this research is Research and Development R&D by adapting the development steps by Borg & Gall model. The subject of this study was a supplement based on a scientific approach to the Atomic Structure Material which was tested on class X students at Taman Mulia Senior High School, SMA N 1 Sungai Raya and SMAS Indonesia Muda. Supplements based on a scientific approach to the atomic structure material received responses from students in the initial field responses test with excellent criteria 85,9%. And the main field response test with excellent criteria 90,4%. According to the students response test to the supplement based on a scientific approach to the Atomic Structure Material showed that the supplement was very feasible to be used as a learning suplement for Atomic Structure MansurThis research reveals the idea of the tauhid trilogy theory which roots from Salafis and its existence in the latest 2013 curriculum teaching modules of Akidah Akhlaq from several publishers in various cities which become a reference for teachers and writers for students at the high school level are equivalent, of course from the teaching process from the teacher, from the point of view of education, it will have a real impact, both the impact of theological thinking to character and real attitude in the form of real action. In this study the authors used a qualitative approach, an approach that emphasizes the analysis on the deductive and inductive inference processes as well as on the analysis of the dynamics of the relationship between observed phenomena. From this research, we obtain descriptive data describing the objectives and material, training and evaluation that learning the tauhid trilogy has a tremendous impact on students' beliefs and even becomes the attitude of real action. The data obtained through observation and documentation are then processed into information. The big conclusion from this research will strengthen the views of the moderate Ahlussunnah wal JamaĆ¢ā¬ā¢ah on the tauhid trilogy who have theological problems. This view is strengthened by tracing the genealogy of its roots of thought and the basics of its foundation from the holy texts of Quran and hadits, then discussing it scientifically and concluding it carefully so it can be justified with the considerations of experts from both competent theologians, commentators and legal practitioners. Based on that, this research shows that generally the thought of this tauhid trilogy is a new thing in the realm of Islam, especially in terms of the reasoning of faith which did not exist during the Shalaf Shaleh generation, whose validity is also still debatable, problematic and questionable. In particular, if we investigate further from the development of education, it will have a big impact on society, not only peace in religion, but it can shake religious moderation and lead to anti-tolerant attitudes but to acts of anarchism, radicalism and terrorism that justify the blood flow of fellow believers and same religion, country, and Bayu AndryansahThe world of education is one of the means to support the continuity of an individual's learning process. The availability of textbooks is a means that can support the teaching and learning process in schools. Therefore, textbooks become a reference in teaching various concepts and theories related to the subjects being studied. The purpose of this study is to examine the suitability of the content and presentation of the material to the applicable KD, as well as to see or find the comparison of the K-13 textbooks with the KTSP. The method used in this research is descriptive qualitative with analyzed content as well as conducting a study of books and reference sources as well as conducting observations to collect supporting data. The instrument used in data collection was a textbook assessment sheet and the data were analyzed using a textbook feasibility scale. The results of this study were obtained which were and respectively with the predicate very feasible/appropriate in terms of content relevance, then and with the predicate very feasible/appropriate in terms of feasibility and/or the suitability of presenting science textbooks, both the K-13 and KTSP in the inheritance of grade IX grades for SMP and MTs to KD Basic Competence so that they can be used as a source of reference for student learning at the education unit SuyantaCharacter education is a necessity across the area, time and age. Character education is absolutely necessary not only in school, but also at home and in other social environments. It was prioritized since the past, present and future. Even today the students in character education is no longer for an early childhood but also adult and even the elderly age. Therefore character education should be designed and implemented systematically and simultaneously to help the students understand the human behavioral values which are associated with someoneself, fellow human beings, the environment and his or her Lord. Character education can be reached through three stages, namely socialization of the introduction, internalization, application in AgusniarProfessional teachers are teachers who have ability to design, implement, evaluate teaching learning and also have a high responsibility to improve studentsā achievement. This study aims to know the ability of professional teacher of islamic education to improve studentsā achievement at elementary school, SDN 1 Simpang Peut, Kuala district, Nagan Raya regency. The result showed that most of islamic education teachers of SDN 1 Simpang Peut had weaknesses in lesson planning. In general, islamic education teachers of SDN 1 Simpang Peut Nagan Raya had good ability to implement the lesson. It can be seen from their classroom management, learning facilities, teaching learning implementation, and interaction in the class. Yet, the comprehension of islamic education teachers toward the use of instructional media was still very limited. Half of islamic education teachers at SDN1 Simpang Peut, Kuala distric, Nagan Raya regency have good ability in evaluating the instruction. It can be seen from the item test produced by teachers to improve studentsā achievement. Syamsul BahriCurriculum development is important to be investigated from variousperspectives. This study will discuss twofold fundamental aspect ofcurriculum development; the basic and the purposes of literarure discussion reveals that the curriculum provided by aschool not only limited to unit of courses and teaching learning processbut also on all process which influence the development and studentcharacter building as it is required by national education goals. Thereare some elements such as Philosophy, Psycology, socio-culture andtechnology in which they support the foundation of objective of curriculum can be clasified into two group; microand macro. The earlier is more consent on the institutional andintructional objectives. Whilts the latter is intended to reconstructand to innovate any shortcoming of previous curriculum. Thecurriculum development aims at addaptating between education andsocial change and also exploring untouch undergraduate textbook presents the basic principles of effective teaching and effective learning. PsycINFO Database Record c 2012 APA, all rights reservedKonsep Pendekatan Scientific", makalah disampaikan pada Seminar Nasional yang diadakan oleh LPTK FTK UIN Ar-Raniry di Banda AcehAli MudofirAli Mudofir, "Konsep Pendekatan Scientific", makalah disampaikan pada Seminar Nasional yang diadakan oleh LPTK FTK UIN Ar-Raniry di Banda Aceh, 4 September 2013, hal. 1. 14Peluang dan Tantangan bagi Pendidikan dalam Implementasi KurikulumAli MudofirAli Mudofir, Pendidikan Karakter Bangsa PKB, Peluang dan Tantangan bagi Pendidikan dalam Implementasi Kurikulum 2013, Banda Aceh IAIN Ar-Raniry 2013, RayaNagan Raya." Jurnal Ilmiah Didaktika 16, no. 1 August 1, 2015 129. doi disampaikan pada Seminar Nasional yang diadakan oleh LPTK FTK UIN Ar-Raniry di Banda AcehAli MudofirMudofir, Ali, "Konsep Pendekatan Scientific", Makalah disampaikan pada Seminar Nasional yang diadakan oleh LPTK FTK UIN Ar-Raniry di Banda Aceh, tanggal 4 September 2013.
- Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Mendikbud Ristek Nadiem Makarim sudah meluncurkan Kurikulum Merdeka atau yang sebelumnya adalah Kurikulum Prototipe. Bagi siswa SMA atau MA hingga siswa SMA LB kini tak perlu bingung antara memilih masuk IPA, IPS atau Bahasa. Pasalnya, siswa bisa memilih kombinasi mata pelajaran sesuai dengan minatnya.āIni salah satu keputusan atau choice atau pemilihan yang bisa diberikan kemerdekaan bagi anak-anak kita yang sudah mulai masuk dalam umur dewasa untuk bisa memilih,ā sebutnya, saat peluncuran Kurikulum Merdeka, secara virtual. Baca juga Selain Kurikulum Merdeka, Masih ada 2 Kurikulum Lainnya Kurikulum Merdeka yang dirancang lebih sederhana dan fleksibel disebut akan semakin membuat siswa lebih aktif. Hal tersebut lantaran jenis-jenis aktivitas yang ada di dalam kurikulum ini lebih relevan dan banyak memberikan ruang untuk tugas berbasis proyek atau project ada tiga Kurikulum yang disediakan Kemendikbud Ristek saat ini untuk mengatasi efek pandemi Covid-19. Pertama, Kurikulum 2013 yang sebelumnya diterapkan di sekolah. Kemudian opsi kedua adalah penerapan Kurikulum Darurat seperti yang berlaku dalam masa pandemi Covid-19. Opsi ini berlaku bagi sekolah yang ingin melakukan perubahan kurikulum lebih sederhana namun merasa masih belum siap melakukan perubahan yang besar. Pilihan ketiga adalah Kurikulum Merdeka bagi sekolah yang sudah siap untuk melakukan transformasi, sesuai dengan kecepatan yang diinginkan. Baca juga Kemendikbud Siswa Bebas Pilih Prodi IPA-IPS di Seleksi Masuk PTN 2023 Kemendikbud Ristek memberikan kewenangan kepada kepala sekolah dan guru untuk memilih kurikulum.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Kemendikbudristek RI terbaru menginisiasi kurikulum merdeka sebagai prototipe dan penyempurnaan kurikulum 2013. Lalu apa yang membedakan kurikulum 2013 dan kurikulum merdeka? Perkembangan pendidikan Indonesia tercatat memiliki peningkatan yang sangat pesat. Hal ini terlihat dari banyaknya Perguruan Tinggi yang masuk dalam jajaran terbaik di dunia. Ini tentu tidak lepas dari kurikulum yang digunakan. Saat ini kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 2013 dan kurikulum darurat. Namun, baru-baru ini pemerintah telah merumuskan kurikulum baru yang akan digunakan di seluruh satuan pendidikan. Sehingga diharapkan pada tahun 2024 secara menyeluruh siap diterapkan. Kurikulum Merdeka adalah kurikulum hasil penyederhanaan yang menjadi opsi pilihan lain dari dua kurikulum yang sudah ada sebelumnya, yaitu Kurikulum 2013 dan Kurikulum darurat. Inisiasi pembuatan kurikulum prototipe ini sendiri muncul setelah adanya hasil riset yang menyebut hilangnya potensi pembelajaran literasi dan numerasi akibat dampak pandemi yang sangat tinggi sehingga perlu dilakukan perumusan kurikulum baru yang kemudian dikenal dengan kurikulum prototipe. Kurikulum ini dianggap efektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran siswa serta memiliki kesempatan kompetensi dasar dan pengembangan karakter yang lebih besar lagi. Kurikulum Merdeka adalah bagian dari paket Merdeka Belajar Episode ke-15 yang diluncurkan oleh Kemendibudristek pada Februari 2022. Rencananya, ratusan ribu sekolah akan memulai penerapan kurikulum ini pada tahun ajaran baru 2022/2023. Kurikulum Merdeka bisa diimplementasikan di level PAUD, SD, SMP, SMA, SMK, hingga pendidikan khusus. Namun, untuk saat ini penerapannya tidak wajib dan hanya menjadi salah satu dari 3 opsi kurikulum yang bisa dipilih oleh setiap sekolah. Merujuk pada laman Sistem Informasi Kurikulum Nasional, berikut perbedaan Kurikulum Merdeka dengan Kurikulum 2013 di jenjang SD, antara lain Kerangka Dasar Kurikulum Merdeka Rancangan landasan utama Kurikulum Merdeka adalah tujuan Sistem Pendidikan Nasional dan Standar Nasional Pendidikan. Mengembangkan profil pelajar Pancasila pada peserta didik. Baca juga Memahami Konsep Kurikulum Merdeka Belajar Kurikulum 2013 Rancangan landasan utama Kurikulum 2013 adalah tujuan Sistem Pendidikan Nasional dan Standar Nasional Pendidikan. Kompetensi yang Dituju Kurikulum Merdeka Capaian pembelajaran yang disusun per fase. Capaian Pembelajaran dinyatakan dalam paragraf yang merangkaikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk mencapai, menguatkan, dan meningkatkan kompetensi. Fase SD/sederajat terdiri dari Fase A setara kelas I dan II SD; Fase B setara kelas III dan IV SD; Fase C Setara kelas V dan VI SD. Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar KD yang berupa lingkup dan urutan scope & sequence dikelompokkan pada 4 Kompetensi Inti KI, yaitu Sikap Spiritual, Sikap Sosial, Pengetahuan, Keterampilan. KD dinyatakan dalam poin-poin dan diurutkan untuk mencapai KI yang diorganisasikan per-tahun. KD pada KI 1 Sikap Spiritual dan KI 2 Sikap Sosial hanya ada di pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, serta Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Struktur Kurikulum Kurikulum Merdeka Struktur kurikulum dibagi jadi 2 kegiatan pembelajaran utama, yaitu 1 pembelajaran reguler atau rutin yang merupakan kegiatan intrakurikuler; dan 2 projek penguatan profil pelajar Pancasila. Jam Pelajaran JP diatur per tahun. Satuan pendidikan dapat mengatur alokasi waktu pembelajaran secara fleksibel untuk mencapai JP yang ditetapkan. Satuan pendidikan dapat menggunakan pendekatan pengorganisasian pembelajaran berbasis mata pelajaran, tematik, atau terintegrasi. Mata pelajaran IPAS Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial merupakan paduan IPA dan IPS. Bahasa Inggris menjadi mata pelajaran pilihan, tergantung kesiapan satuan pendidikan. Satuan pendidikan atau peserta didik dapat memilih sekurang-kurangnya satu dari empat mata pelajaran Seni dan Budaya Seni Musik, Seni Rupa, Seni Teater, atau Seni Tari. Kurikulum 2013 Jam Pelajaran JP diatur per minggu. Satuan pendidikan mengatur alokasi waktu pembelajaran secara rutin setiap minggu dalam setiap semester, sehingga pada setiap semester peserta didik akan mendapatkan nilai hasil belajar setiap mata pelajaran. Satuan pendidikan diarahkan menggunakan pendekatan pengorganisasian pembelajaran berbasis tematik integratif. Pembelajaran Kurikulum Merdeka Menguatkan pembelajaran terdiferensiasi sesuai tahap capaian peserta didik. Paduan antara pembelajaran intrakurikuler sekitar 70-80 persen dari jam pelajaran dan kokurikuler melalui projek penguatan profil pelajar Pancasila sekitar 20-30 persen jam pelajaran. Kurikulum 2013 Pendekatan pembelajaran menggunakan satu pendekatan yaitu pendekatan saintifik untuk semua mata pelajaran. Umumnya, pembelajaran terfokus hanya pada intrakurikuler tatap muka. Untuk kokurikuler dialokasikan beban belajar maksimum 50% di luar jam tatap muka, tetapi tidak diwajibkan dalam bentuk kegiatan yang direncanakan secara khusus, sehingga pada umumnya diserahkan kepada kreativitas guru pengampu. Penilaian Kurikulum Merdeka Penguatan pada asesmen formatif dan penggunaan hasil asesmen untuk merancang pembelajaran sesuai tahap capaian peserta didik. Menguatkan pelaksanaan penilaian autentik terutama dalam projek penguatan profil pelajar Pancasila. Tidak ada pemisahan antara penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kurikulum 2013 Penilaian formatif dan sumatif oleh pendidik berfungsi memantau kemajuan belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Menguatkan pelaksanaan penilaian autentik pada setiap mata pelajaran. Penilaian dibagi menjadi penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Perangkat Ajar yang Disediakan Pemerintah Kurikulum Merdeka Buku teks dan buku non-teks. Contoh-contoh modul ajar. Alur tujuan pembelajaran. Contoh projek penguatan profil pelajar Pancasila. Contoh kurikulum operasional satuan pendidikan. Kurikulum 2013 Buku teks dan buku non-teks. Perangkat Kurikulum Kurikulum Merdeka Panduan Pembelajaran dan Asesmen. Panduan pengembangan kurikulum operasional sekolah. Panduan pengembangan projek penguatan profil pelajar Pancasila. Panduan pelaksanaan pendidikan inklusif. Panduan penyusunan program pembelajaran individual. Modul layanan bimbingan konseling. Kurikulum 2013 Pedoman implementasi kurikulum. Panduan Penilaian. Panduan Pembelajaran setiap jenjang. Please follow and like us
perbedaan kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya